Menatap Wajah Bumi

Menunduk, menatap, fokus, dan bercengkrama dengan bumi
menjadi terapi, cermin, inspirasi untuk mencari "charger" yang hilang.
Keinsyafan. Mulai kembali ke jalan yang benar. dan benar-benar untuk memulai.
Mencoba untuk menata keinginan, ego, ambisi, nafsu, dan mimpi-mimpi yang menguap ke langit.
Dan sering meluap tak terbendung oleh rasio tingkat tinggi sekalipun. Hanya iman, ihsan, ikhlas jadi benteng yang kokoh.
Menatap wajah bumi menjadi obat kesombongan. Betapa pun superiornya "diri", menginjak martabat mereka, bahkan bumi jadi saksi. Nanti akan merasai, ketika Sang Saksi akan balas menginjak, bahkan menelan jauh ke dalam perutnya. dan tak ada kesempatan untuk kembali.
"Kembali dari keterasingan,
ke bumi beradab,
ternyata lebih menyakitkan,
dari derita panjang ...
Tuhan bimbinglah batin ini,
agar tak gelap mata,
dan sampaikanlah rasa inginku,
kembali bersatu...."
Dari unsur bumi raga kita diciptakan, lalu mati, kita dikebumikan. Mau jadi apa, kita sombong di dunia? Kenapa sok gagah kita berdiri di permukaan bumi? Padahal, siapa tahu esok bahkan sebentar lagi kita terbujur di perut bumi, menghadapi pengadilan awal. Bagaimana LPJ hidup kita selama di dunia?
Previous
Next Post »