Pilih Mana, yang Pasti-pasti Saja Atau Sebaliknya?

Tadi malam saya dapat info untuk mempersiapkan beberapa dokumen. Entahlah apakah akan berujung PHP atau menjadi muara keberkahan rezeki. Namun seperti biasa saya selalu berusaha untuk berbaik sangka, berpikir positif dan optimis. Karena sikap begini dirasa lebih baik daripada sebaliknya. Meskipun galau mah masih ada hehe.

Sesuatu yang belum pasti pantas digalaui. Tapi kalau yang sudah pasti tentu akan lebih bersemangat untuk menyikapi.

Coba Anda inventarisir apa saja yang sudah pasti terjadi dan apa saja yang yang masih banyak kemungkinan terjadi?

Sebagai contoh, kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Bagaimana pun gagah, hebat dan berkuasanya Anda. Mati sudah pasti akan menghampiri. Hanya saja masih rahasia kapan terjadinya, di mana tempatnya dan bagaimana keadaannya.

Semoga kita mati dalam keadaan husnul khotimah. Hidup mulia mati pun mulia. Itulah prinsip muslim sejati. 'Isy kariman au mut syahidan.

Ilmu yang anda punya belum tentu terus bertambah dan bermanfaat bagi Anda.

Harta yang anda miliki belum tentu semakin banyak dan tak ada habis-habisnya.

Jabatan yang anda emban, adakah orang yang langgeng dalam sebuah kedudukan?

Fir’aun saja yang diberikan kekuasaan, kegagahan, kedigdayaan sedemikian rupa, ternyata pada akhirnya mati secara mengenaskan. Lalu anda bisa apa dan punya apa untuk menghadapi malaikal maut?

Lalu apa yang harus kita lakukan jika sudah tahu bahwa mati itu pasti terjadi? Jawaban yang paling sahih tentu persiapan setiap saat. Kenali diri kita, kenali Allah Swt. Selain itu mesti berkarya yang positif bermanfaat dan bisa diwariskan untuk kemaslahatan umat sepeninggal kita kelak.

Banyak contoh karya positif baik materiil maupun immateriil. Salah satunya menulis buku yang bagus, bisa jadi jalan untuk menggugah dan mengubah pembacanya ke arah lebih baik. Tulisannya mampu menghadirkan keindahan ajaran Allah dan Rasulullah Saw. 

Hal ini bukan berarti harus selalu buku yang bergenre agama. Bisa juga sastra, ekonomi, motivasi, keterampilan dan sebagainya yang kita mampu dan sekiranya bermanfaat untuk umat.

Karena kebermanfaatan sesuatu itu jika orang yang menerimanya merasa terbantu, termotivasi dan terinspirasi untuk hidup lebih produktif, kreatif, inovatif, mandiri dan bertakwa. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, khoirunnas anfauhum linnas, artinya sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak menjadi jalan manfaat bagi orang lainnya.

Sekali lagi samudera manfaat itu luas. Namun sebagai muslim alangkah lebih baik jika segala sesuatu dikaitkan dengan keluhuran ajaran Islam. 

Sebagai contoh dalam hal keilmuan. Dewasa ini ada komunitas akademisi yang fokus dalam jihad ilmiah menggaungkan ide islamisasi ilmu untuk menangkal sekulerisme. Tujuannya agar dengan ilmu semakin mendekatkan diri kepada Allah. Semakin berilmu semakin takut kepada Allah.

Masih berkaitan dengan kita menghadapi sesuatu yang pasti semisal kematian. Saya terinspirasi dengan tulisan Prof. Dr. Komarudin Hidayat dalam bukunya Manajemen Kematian. Diantara konten buku tersebut saya menangkap pesan bahwa orang yang cerdas dalam manajemen kematian dia menyadari sepenuh hati bahwa mati pasti terjadi.

Akibatnya, dia memanfaatkan sisa hidupnya secara produktif. Dia akan fokus berkarya dengan penuh semangat karena dia tidak tahu akan ajal akan tiba. Dengan semangat berkarya ini diharapkan lahir warisan penting berupa karya nyata yang bisa diambil manfaatnya untuk manusia yang masih hidup.

Maka hemat saya mengingat kematian itu harus dilakukan secara rutin dalam muhasabah harian. Efek dari mengingat kematian, menjadikan hidup penuh keinsyafan. Dan dalam waktu yang sama semakin memompa diri berpacu dengan waktu untuk hidup lebih semangat, produktif berkarya, dan bermanfaat sebanyak-banyaknya untuk kemaslahatan umat manusia di sekitarnya.

Semoga kita termasuk hamba-hamba yang cerdas dalam memanfaatkan peluang sisa usia agar hidup lebih bahagia di dunia ini dan di akherat sana. Amin.




Latest
Previous
Next Post »