Inilah Cara Memaknai Resolusi Tahun Baru Paling Up to Date

Detik-detik masuknya tahun baru telah berlalu. Namun aroma uforianya masih terasa. Seolah genderang bertalu-talu dengan beragam ekspresi yang mengharu-biru. Ada tangisan penyesalan, ada renungan keinsyafan, ada tawa kesyukuran. Pokoknya nano-nano rasanya. Memang seperti itulah faktanya, setelah setahun yang lalu negeri ini disapa nestapa dengan bencana alam yang bertubi-tubi. Dan sekarang memasuki tahun baru yang penuh dengan romantika harapan.

Masih hangat dalam ingatan bagaimana gempa memorakmorandakan Lombok, Palu, Donggala. Mungkin saat ini masyarakat di sana masih dalam transisi antara kesedihan dan harapan untuk bangkit. Tiba-tiba saja di penghujung tahun terjangan tsunami menghantam Banten. Semakin sedih rasanya. Betapa teguran Allah berkali-kali ini belum bisa menyadarkan hamba yang terlena. Semoga Anda dan kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari berbagai kejadian yang ada. Amin.

“...Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang...”. Syair lagu karya Ebiet G. Ade tersebut lagi-lagi berhasil menggambarkan kondisi kita yang sebenarnya. Astagfirullah, semoga kita semua tersadar dan kembali ke jalan yang benar. Amin.

Dan terus bangkitlah, menyongsong harapan yang masih terbentang di depan mata. Maka akhir-akhir ini banyak dibahas tentang resolusi tahun baru. Apa itu? Mengikuti penjelasan para ahli maka saya berkesimpulan bahwa resolusi tahun baru itu merupakan sejumput harapan, impian, dan cita-cita yang ingin terlaksana di tahun ini. Amboy!

Dalam memaknai resolusi ini setidaknya ada dua kutub sudut pandang yang saling bersebrangan. Satu sisi memunculkan optimisme bahwa harapan dan cita-cita baik personal maupun institusional itu bakal terwujud di tahun ini. Sedangkan sisi lainnya merasa “putus asa” karena dari tahun ke tahun seolah tak ada artinya. Jadi buat apa dibuat resolusi kalau tidak terbukti. Begitulah kira-kira pendapat yang lainnya. Kalau Anda? Silakan terserah Anda. Saya tak berhak memaksakan kehendak terhadap orang yang merdeka.

Akan tetapi, menurut hemat saya resolusi itu penting. Karena segala yang terwujud sekarang dan bisa kita nikmati ini awalnya hanya sebuah ide. Terkadang pula ide-ide tersebut pada mulanya hanya dipandang sebelah mata, dicibir, bahkan dijadikan bahan ejekan semata. Dan resolusi hakekatnya menuliskan ide-ide sedetil-detilnya agar bisa terlaksana dengan baik. Di dalam teori manajemen, resolusi ini masuk ke ranah perencanaan (planning). Dan betapa pentingnya sebuah perencanaan dalam segala hal. Sehingga masyhur dikatakan bahwa “gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan”. Masa sekonyong-konyong kita mau merencanakan kegagalan? Sungguh terlalu kalau itu terjadi pada dirimu, hehehe.

Mungkin ada juga yang berprinsip, “hidup mah mengalir saja”. Alhamdulillah kalau mengalirnya  ke arah yang lebih baik. Masalahnya bagaiman jika ternyata sebaliknya, mau apa lagi hayoh! Memang benar kita tidak bisa mendahului takdir ilahi. Namun resolusi itu bukan untuk melawan takdir, apalagi untuk tidak beriman pada takdir...hehehe kejauhan ya. 

Intinya resolusi tahun baru itu adalah menancapkan kembali keyakinan, harapan, optimisme akan mampu meraih cita-cita di masa depan. Dan semua keyakinan itu dikristalkan dalam tulisan yang tertarget waktu dan tempatnya sejelas-jelasnya, yaitu tahun baru ini. Dan kendatipun faktanya meleset dari harapan, maka kita yang sudah membuat resolusi tetap mendapatkan kebaikan. Setidaknya kita telah berdo’a kepada Allah dengan penuh harap, merendahkan diri kita serendah-rendahnya di hadapan Allah Swt. selebihnya pasrah dan tawakkal kepada-Nya.

Jadi, apa resolusi tahun baru Anda saat ini?


Previous
Next Post »