Tajug Ini Siapa yang Punya?


Setiap kali terbangunkan oleh suara paraunya muadzin sepuh, aku tak bergegas pergi. Namun ketika berpikir siapa lagi yang akan mengisi musholla ini kalau bukan yang terjaga. Segera kubuka tabir pagi dan bersegera menepi ke musholla dekat rumah ini.

Dingin suasana shubuh tak terbantahkan lagi. Namun responku harus hangat sehangat bajigur, bandrek dan wedang jahe. Pikirku, gak apalah kunikmati dingin pagi karena Allah akan membalas dengan kehangatan ataupun apapun yang diinginkan hamba-Nya. Tidak hendak niat berjual-beli dengan-Nya sih. Hanya ingin memotivasi diri agar semangat.

Lagi-lagi dua-tiga orang saja yang berbaris menghadap-Nya pagi ini. Padahal ada lebih dari 50 kepala keluarga di RT ini. Sungguh terlalu kalau kata bang haji roma mah. Sedih sekali, haruskah ku menyewa teman-teman yang ahli dakwah berjamaah semisal jamaah tablig agar tajug ini kembali hidup?

Tajug adalah sebutan untuk masjid-masjid kecil di perkampungan ini. Biasanya tajug ini hanya dipakai untuk shalat berjamaah dan musyawarah RT tanpa digunakan untuk jumatan. Kalau shalat jum’at ada khusus masjid desa atau masjid dusun buat kampung yang agak terpencil dari dayeuh desa.

Konon nama tajug sendiri berasal dari bahasa Arab "tajun" yang berarti mahkota. Mengingat di setiap tajug atap tengahnya dihiasi dengan benda semacam mahkota raja. Saya kira anda juga sudah faham itu. Kalau di sini kami menyebutnya mataka atau momolo. Entah di kampung Anda apa sebutan benda tersebut? Yang jelas bukan menara. Berbeda dengan menara.

Tulisan ini tidak hendak mempertanyakan kepemilikan tajug. Karena tempat ibadah ini sejatinya sudah diwakafkan oleh muwakif sang pemiliki tanah sebelum dijadikan tajug. Dan tentunya bukan pula untuk diwariskan kepada keturunannya. Melainkan dititipkan kepada masyarakat atau umat yang sanggup memakmurkannya.

Adapun jika da anggota keluarga muwakkif yang mumpuni untuk memakmurkan tajug ini. Maka merupakan nilai plus yang luar biasa. Ya, dia memakmurkan tempatnya. Ya dia menjadi jalan manfaat untuk masyarakat, sehingga mungkin pahala orang tua yang mewakafkan tajug ini bisa berlipat ganda.

Sekali lagi tulisan ini bukan menggugat kepemilikan, tetapi menggugah keberfungsian tajug itu sendiri. Kenapa? Karena dirasa ada nilai yang hilang sejak puluhan tahun yang lalu. Nilai apa yang terasa hilang dari tajug ini? Tiada lain nilai rasa memiliki dari warga masyarakat di sekitarnya.

Tidak habis pikir apakah ini kemunduran atau kemajuan? Faktanya sejak masyarakat kampung ini memiliki kamar mandi masing-masing di rumahnya, mereka seperti terasing dari tajug.

Tajug hanya disinggahi saat bulan ramadhan atau saat tradisi phbi semacam maulid nabi. Sedangkan pemain inti yang menghidupkan tajug setiap hari itu-itu juga tak ada perkembangan. Kemana 50 kepala kelurga lainnya. Kemana para pemuda dan remaja saat waktu shalat berjamaah tiba?

Sebuah ironisme akhir jaman yang nyata di depan mata.

Sebuah ironisme akhir jaman yang nyata di depan mata. Kemajuan dalam pembangunan fisik tidak dibarengi dengan mempertahankan tradisi spiritual berjamaah. Padahal jika tradisi berjamaah ini tetap dilestarikan maka berbagai hajat kemasyarakatan pada umumnya akan mudah terlaksana. Karena dengan berjamaah, kita akan sering bersilaturahmi, berkomunikasi dan terasa lebih dekat.

Para pemangku jabatan di masyarakat akan mudah menyerap aspirasi rakyat. Demikian juga rakyat akan mudah curhat kepada aparat tanpa saling curiga, tidak saling berhusnudzon karena sudah saling kenal dengan berjamaah.

Anak muda, anda harus menjadi pelopor menghidupkan lagi tajug-tajug dan masjid-masjid di sekitar Anda. Karena anda punya kreativitas, karena anda yang mengerti zaman ini. Jadikan teknologi yang anda genggam saat ini sebagai jalan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Bantu mereka yang sudah bersusah payah mendirikan pondasi islam di tanah ini. Berkolaborasi lah dengan para sepuh untuk memakmurkannya. Mereka punya kedewasaan dan pengalaman untuk panduan jika mendapati kesulitan. Sedang anda punya kreativitas, imajinasi dan segudang ide kekinian yang dibutuhkan untuk ngigelan zaman.

Jika anda siap, maka mari kita bergerak. Ingat, anak muda yang tumbuh dalam kebaikan, mereka yang hatinya senantiasa terkait ke mesjid adalah golongan istimewa yang akan mendapat naungan Allah di hari kiayamat nanti ketika orang lain tak ada yang menaungi. Mari berjuang bersama!

Previous
Next Post »